“NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA”.
A.
Latar
Belakang
Sastra
adalah suatu bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai bahasanya. Sebagai
sebuah bentuk kesenian yang berobjek manusia dengan segala macam permasalahan
kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide,
teori atau sistem berpikir manusia, melainkan sastra harus pula mampu menjadi wadah
penyampaian ide-ide yang dipikirkan sastrawan tentang kehidupan manusia (Semi,
1988:8).
Berangkat
dari permasalahan kehidupan yang ada inilah, maka kesusasteraan bukan hanya
sekedar seni semata tetapi kesusasteraan adalah suatu kehidupan, kesusasteraan
tidak hanya menghubungkan kehidupan tetapi kesusasteraan adalah kehidupan itu sendiri (Crawfurd dalam Sukada,
1987:11). Sumardjo (1994:17) berpendapat bahwa tidak mengherankan kalau
pengarang akan menulis respon sosialnya dalam lingkungan hidupnya.
Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang
untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan, dan
pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya
pengarang serta menggunakan media bahasa dalam penyampaiannya. Karya sastra
merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya
sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa
pengarang secara mendalam melalui proses imajinasi (Aminuddin, 1990: 57).
Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dari
proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Pradopo (2001: 61) yang mengemukakan bahwa karya sastra lahir
di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya
terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya. Akan tetapi, karya sastra
tidak hadir dengan kekosongan budaya.
Damono
(2002:1) menyatakan bahwa karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati,
dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah masyarakat,
ia terikat oleh status sosial
tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium,
bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran
kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Bagaimanapun
juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering
menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
masyarakat.
Sumardjo (1994:17) berpendapat bahwa tidak mengherankan
kalau pengarang akan menulis respon sosialnya dalam karya sastra menurut apa
yang dilihat dalam lingkungan hidupnya. Namun demikian sastra bukanlah hanya
sekedar jiplakan semata, tetapi sastra merupakan hasil kreatifitas pengarang,
maka seorang pengarang akan menulis karyanya sesuai dengan apa yang ada dalam
alam pikiran pengarang. Lebih lanjut Damono (1984:16) berpendapat bahwa karya
sastra merupakan unsur budaya dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
masyarakat, sebab karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan
dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat.
Wellek dan Warren (1984:276) mengatakan bahwa karya
sastra adalah hasil ciptaan pengarang yang menggambarkan segala perstiwa yang
dialami masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari. Karya sastra seorang
pengarang mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan
antarmasyarakat berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan.
Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya
sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman hidup
manusia.
Karya sastra bukan hanya untuk dinikmati tetapi juga
dimengerti, untuk itulah diperlukan kajian atau penelitian dan analisis
mendalam mengenai karya sastra. Chamamah (dalam Jabrohim, 2003: 9) mengemukakan
bahwa penelitian karya sastra merupakan kegiatan yang diperlukan untuk
menghidupkan, mengembangkan, dan mempertajam suatu ilmu. Kegiatan yang
berkaitan dengan pengembangan ilmu memerlukan metode yang memadai adalah metode
ilmiah. Keilmiahan karya sastra ditentukan oleh karakteristik kesasteraannya.
Karena dibutuhkannya pemahaman masyarakat terhadap karya
sastra yang dihasilkan pengarang, penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra
dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya (Ratna, 2003: 3).
Sosiologi sastra diterapkan dalam penelitian ini karena tujuan dari sosiologi
sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya
dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan.
Dalam hal ini, karya sastra dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka
imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra
bukan semata-mata gejala individual, tetapi gejala sosial (Ratna, 2003: 11).
Novel merupakan salah satu
ragam prosa di samping
cerpen dan roman selain puisi dan drama,
di dalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokohnya secara
sistematis serta terstuktur. Novel adalah prosa
rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian
peristiwa dan latar belakang secara terstruktur (Sudjiman, 1990: 55). Di antara genre utama
karya satra, yaitu puisi, prosa, dan drama, genre
prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan
unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, di antaranya a) novel
menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling
luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, b) bahasa
novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan
dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan
responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna, 2011:
335-336).
Novel dapat dikaji dari beberapa aspek, misalnya
penokohan, isi, cerita, setting, alur, dan makna. Semua kajian itu dilakukan
hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh pembaca.
Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan berbeda-beda sesuai
dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka, misalnya pada novel karya
Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi. Kelebihan yang dimiliki
pengarang (Andrea Hirata) di dalam karya-karyanya yaitu dari segi stilistik
yang menarik, mengungkapkan setiap kejadian secara sistematis, terarah dan
kronologis, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji masalah-masalah yang
terdapat di dalam novel tersebut.
Novel ini berkisah tentang sekolah
Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak
mencapai siswa baru sejumlah sepuluh
anak. Ketika itu baru sembilan
anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan hendak berpidato
menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah
kecil itu. Adapula Lintang
yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya hanya untuk pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu. Laskar
Pelangi merupakan nama yang diberikan Bu
Muslimah karena akan kesenangan mereka
terhadap pelangi. Mereka pun
sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan
dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada
okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan
kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan sekolah kaya PN Timah dengan memenangkan
lomba cerdas cermat. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah
Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan.
Secara langsung, Andrea Hirata memberikan informasi pada
pembaca tentang kehidupan masyarakat asli Belitung yang menderita baik secara
ekonomi maupun pendidikan. Novel ini memiliki tema yang menarik tentang
bagaimana seorang anak yang dilahirkan dan hidup dalam kemiskinan dan
pendidikan yang seadanya, tetapi dengan semangat yang dimiliki akhirnya
mencapai status terpandang dengan melanjutkan studinya ke Eropa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mencoba mengkaji novel Laskar Pelangi dengan judul “Nilai-Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra”.
B.
Pembatasan Masalah
Untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan penelitian ini
agar lebih intensif dan
efisien dengan tujuan yang ingin
dicapai, diperlukan pembatasan masalah.
Penelitian ini dibatasi pada masalah Nilai-Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
C.
Rumusan
Masalah
Ada
dua masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
1.
Bagaimanakah
unsur-unsur yang membangun dalam
novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata?
2.
Bagaimanakah nilai-nilai edukatif dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dengan
tinjauan sosiologi sastra?
D.
Tujuan
Penelitian
Ada
dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
1.
Mendeskripsikan unsur-unsur yang
membangun dalam
novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
2.
Mendeskripsikan nilai-nilai edukatif dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dengan
tinjauan sosiologi sastra.
E.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan berhasil dengan baik dan
dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan
yang sistematis dan bermanfaat secara
umum.
1.
Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra
di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfatkan
teori Sosiologi Sastra.
b.
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan teori Sosiologi
Sastra dalam mengungkapkan novel Laskar Pelangi.
2.
Manfaat Praktis
a.
Melalui pemahaman
aspek sosial budaya dalam sebuah karya sastra diharapkan pembaca dapat
mengambil hikmah untuk selanjutnya dijadikan sarana untuk memperbaiki diri
sehingga dapat menghadapi persoalan hidup dengan bijak.
b.
Penelitian ini
diharapkan dapat membantu dan memberi masukan bagi pihak-pihak yang mempunyai
kaitan dengan masalah yang sedang dikaji dan menumbuhkan sikap kritis bagi
penulis, khususnya dan siapa saja yang tertarik pada kajian serupa pada
umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar