Jumat, 02 Maret 2012

Analisis Novel Laskar Pelangi Zen


“NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA”.


A.    Latar Belakang
Sastra adalah suatu bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai bahasanya. Sebagai sebuah bentuk kesenian yang berobjek manusia dengan segala macam permasalahan kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir manusia, melainkan sastra harus pula mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan sastrawan tentang kehidupan manusia (Semi, 1988:8).
Berangkat dari permasalahan kehidupan yang ada inilah, maka kesusasteraan bukan hanya sekedar seni semata tetapi kesusasteraan adalah suatu kehidupan, kesusasteraan tidak hanya menghubungkan kehidupan tetapi kesusasteraan adalah kehidupan itu sendiri (Crawfurd dalam Sukada, 1987:11). Sumardjo (1994:17) berpendapat bahwa tidak mengherankan kalau pengarang akan menulis respon sosialnya dalam lingkungan hidupnya.
Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa dalam penyampaiannya. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa pengarang secara mendalam melalui proses imajinasi (Aminuddin, 1990: 57).
Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dari proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Pradopo (2001: 61) yang mengemukakan bahwa karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya. Akan tetapi, karya sastra tidak hadir dengan kekosongan budaya.
Damono (2002:1) menyatakan bahwa karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat.
Sumardjo (1994:17) berpendapat bahwa tidak mengherankan kalau pengarang akan menulis respon sosialnya dalam karya sastra menurut apa yang dilihat dalam lingkungan hidupnya. Namun demikian sastra bukanlah hanya sekedar jiplakan semata, tetapi sastra merupakan hasil kreatifitas pengarang, maka seorang pengarang akan menulis karyanya sesuai dengan apa yang ada dalam alam pikiran pengarang. Lebih lanjut Damono (1984:16) berpendapat bahwa karya sastra merupakan unsur budaya dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat, sebab karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat.
Wellek dan Warren (1984:276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil ciptaan pengarang yang menggambarkan segala perstiwa yang dialami masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari. Karya sastra seorang pengarang mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmasyarakat berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman hidup manusia.
Karya sastra bukan hanya untuk dinikmati tetapi juga dimengerti, untuk itulah diperlukan kajian atau penelitian dan analisis mendalam mengenai karya sastra. Chamamah (dalam Jabrohim, 2003: 9) mengemukakan bahwa penelitian karya sastra merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menghidupkan, mengembangkan, dan mempertajam suatu ilmu. Kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu memerlukan metode yang memadai adalah metode ilmiah. Keilmiahan karya sastra ditentukan oleh karakteristik kesasteraannya.
Karena dibutuhkannya pemahaman masyarakat terhadap karya sastra yang dihasilkan pengarang, penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya (Ratna, 2003: 3). Sosiologi sastra diterapkan dalam penelitian ini karena tujuan dari sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan. Dalam hal ini, karya sastra dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra bukan semata-mata gejala individual, tetapi gejala sosial (Ratna, 2003: 11).
Novel merupakan salah satu ragam prosa di samping cerpen dan roman selain puisi dan drama, di dalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokohnya secara sistematis serta terstuktur. Novel adalah prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur (Sudjiman, 1990: 55). Di antara genre utama karya satra, yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, di antaranya a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, b) bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna, 2011: 335-336).
Novel dapat dikaji dari beberapa aspek, misalnya penokohan, isi, cerita, setting, alur, dan makna. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka, misalnya pada novel karya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi. Kelebihan yang dimiliki pengarang (Andrea Hirata) di dalam karya-karyanya yaitu dari segi stilistik yang menarik, mengungkapkan setiap kejadian secara sistematis, terarah dan kronologis, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji masalah-masalah yang terdapat di dalam novel tersebut.
Novel ini berkisah tentang sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah sepuluh anak. Ketika itu baru sembilan anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Adapula Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya hanya untuk pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu. Laskar Pelangi merupakan nama yang diberikan Bu Muslimah karena akan kesenangan mereka terhadap pelangi. Mereka pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan sekolah kaya PN Timah dengan memenangkan lomba cerdas cermat. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan.
Secara langsung, Andrea Hirata memberikan informasi pada pembaca tentang kehidupan masyarakat asli Belitung yang menderita baik secara ekonomi maupun pendidikan. Novel ini memiliki tema yang menarik tentang bagaimana seorang anak yang dilahirkan dan hidup dalam kemiskinan dan pendidikan yang seadanya, tetapi dengan semangat yang dimiliki akhirnya mencapai status terpandang dengan melanjutkan studinya ke Eropa.
             Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mencoba mengkaji novel Laskar Pelangi dengan judul “Nilai-Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra”.
B.     Pembatasan Masalah
            Untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai, diperlukan pembatasan masalah.
            Penelitian ini dibatasi pada masalah Nilai-Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.

C.    Rumusan Masalah
            Ada dua masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
1.      Bagaimanakah unsur-unsur yang membangun dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata?
2.      Bagaimanakah nilai-nilai edukatif dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dengan tinjauan sosiologi sastra?
D.    Tujuan Penelitian
            Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
1.      Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
2.      Mendeskripsikan nilai-nilai edukatif dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dengan tinjauan sosiologi sastra.

E.     Manfaat Penelitian
            Penelitian ini diharapkan  berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara  umum.
1.      Manfaat Teoritis
a.       Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfatkan teori Sosiologi Sastra.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan  teori Sosiologi Sastra dalam mengungkapkan novel Laskar Pelangi.
2.      Manfaat Praktis
a.       Melalui pemahaman aspek sosial budaya dalam sebuah karya sastra diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah untuk selanjutnya dijadikan sarana untuk memperbaiki diri sehingga dapat menghadapi persoalan hidup dengan bijak.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan bagi pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dikaji dan menumbuhkan sikap kritis bagi penulis, khususnya dan siapa saja yang tertarik pada kajian serupa pada umumnya. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar