DASAR-DASAR
PRAGMATIK
Pragmatik pada tahun
1938 terus berkembang, yakni ditandai dengan semakin banyaknya teori-teori yang
dikeluarkan oleh para ahli. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin
dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasawarsa yang
silam ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa.
Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis bahwa upaya menguak
hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari
pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi.
Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna tuturan dengan
cara menghubungkan faktor lingual dengan faktor nonlingual.
Pragmatik menelaah makna-makna satuan lingual yang terikat dengan konteks.
Contoh:
Ibu :
Kenapa tanganmu, Nak?
Rudi :
Wah, tadi aku habis menabrak tukang sate, Bu.
Ibu : Bagus,
besok kebut-kebutan lagi ya?
Kata
“Bagus, besok kebut-kebutan lagi ya?” dalam tuturan Ibu di atas digunakan
untuk menyindir Rudi yang sebenarnya bermakna “jangan kebut-kebutan di jalanan
lagi”.
Situasi tutur merupakan situasi yang
melahirkan tuturan. Situasi tutur merupakan sebab, sedangkan tuturan merupakan
akibatnya. Ada sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam
rangka studi pragmatik.
a. Penutur dan lawan tutur
b. Konteks tuturan
c. Tujuan tuturan
d.
Tuturan
sebagai bentuk tindakan atau aktivitas
e. Tuturan sebagai produk tindak verbal
Ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh
seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary
act), tindak ilokusi (ilocutionary
act), dan tindak perlokusi (perlocutionary
act). Tindak lokusi merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak
ilokusi merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang mempunyai daya pengaruh atau efek
bagi yang mendengarkannya.
Contoh
Tindak Lokusi:
(1)
Pak Joko memiliki dua ekor sapi.
(Makna tetap)
(2)
Zen adalah seorang mahasiswa UMS PBSID.
(Makna tetap)
(3)
Mawar itu berwarna merah.
(Makna tetap)
Contoh
Tindak Ilokusi:
(1)
Bajunya Ibu di mana ya, Nak?
Tuturan
ini sebenarnya digunakan Ibu untuk menyuruh anaknya mengambilkan baju.
(2)
Aku tidak mempunyai uang, Jon.
Tuturan
ini sebenarnya digunakan untuk meminta maaf karena ia tidak bisa meminjami uang
pada temannya.
(3)
Kamu belum mandi ya, Bud?
Tuturan
ini sebenarnya digunakan untuk menyindir karena bau badan Budi sangat tidak
enak.
Contoh Tindak
Perlokusi:
(1)
Tadi ban motor saya bocor, Pak.
Tindak
ilokusinya meminta maaf. Efek perlokusi yang mungkin diharapkan adalah agar
dosennya itu mau memaklumi keterlambatannya.
(2)
Besok siang di SGM ada konsernya Bondan
Prakoso.
Tindak
ilokusinya mengajak untuk menonton konser. Efek perlokusi yang mungkin
diharapkan adalah agar temannya itu menyetujui ajakannya.
Tindak tutur merupakan suatu tindakan-tindakan yang
ditampilkan lewat tuturan. Berkaitan dengan teori tindak tutur, Austin
mengemukakan dua terminologi, yaitu tuturan konstatif (constative) dan
tuturan performatif (performative). Tuturan konstatif merupakan tuturan
yang dipergunakan untuk mengatakan sesuatu. Sedangkan tuturan performatif merupakan
tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu.
Nama : Zenisa Zeinudin Anas
NIM : A 310 080 304
(http://zenanasrooney.blogspot.com.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar