PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shelley (dalam Pradopo, 2002: 6) mengatakan
bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup manusia.
Secara
etimologi, puisi berasal dari bahasa yunani yaitu poesis yang berarti
membuat atau menciptakan. Riffaterre (dalam Pradopo, 1997:16) menyatakan bahwa
puisi itu selalu berkembang dari waktu ke waktu karena evolusi selera dan
perubahan konsep keindahan. Sebagai hasil kreasi manusia, puisi mampu
memaparkan realitas di luar diri manusia persis apa adanya. Puisi merupakan
sebuah karya sastra yang bisa menjadi sebuah cermin yang merupakan refleksi
dari realita yang ada dalam suatu masyarakat.
Altenbernd (dalam Pradopo, 1997: 118)
mengemukakan bahwa di dalam puisi tidak semua diceritakan karena yang
dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah, peristiwa, inti cerita atau
esensi sesuatu. Jadi puisi itu merupakan ekspresi esensi. Karena puisi itu
berisi kalimat padat, maka penyair harus memilih kata dengan akurat.
Jika seseorang menyelami sebuah puisi,
berarti ia berusaha mencari siapa dan bagaimana keberadaan penciptanya atau
penyairnya. Kata-kata dalam sebuah puisi selalu disusun sedemikian rupa sehingga
menonjolkan bunyi yang merdu seperti musik, seperti halnya puisi Abdul Hadi WM. Karya dari Abdul Hadi WM selalu menyiratkan makna yang dalam di balik kesederhanaan kata-katanya.
Pendekatan struktural disebut dengan pendekatan
objektif. Pendekatan struktural memandang karya sastra sebagai struktur yang
otonom, berdiri sendiri, terlepas dari unsur yang berada di luar dirinya.
Dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun karya sastra, dapat dibuktikan bahwa
pendekatan struktural berarti menganalisis sastra tersebut dengan mengungkapkan
unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu unsur-unsur yang membina kebulatan
struktural. Dalam makalah ini, peneliti ingin menganalisis puisi
“Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM berdasarkan pendekatan struktural.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah unsur-unsur yang terdapat
dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM?
2.
Apa makna yang terkandung dalam puisi
“Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM?
C.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan unsur-unsur yang
terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM.
2.
Mendeskripsikan makna yang terkandung
dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM.
PEMBAHASAN
Peran
dan keberadaan (eksistensi) Abdul Hadi WM dalam sastra Indonesia sangat
paradigmatik. Dia tidak hanya muncul sebagai penyair dan sastrawan ternama,
tapi juga membawa konsep estetika penting mengenai puitika sufistik yang cukup berpengaruh
pada perkembangan kesastraan Indonesia pada masanya dan masa sesudahnya.
Jika
kebudayaan adalah sistem nilai, dan kesastraan adalah ekspresi terpenting
kebudayaan, maka Abdul Hadi WM dengan nilai-nilai islam yang dikembangkannya
melalui sastra itu adalah paradigma kebudayaan Indonesia. Ciri khas dari
puisi Abdul Hadi yaitu selalu menggunakan bahasa yang lembut dalam
karya-karyanya. Pilihan kata-katanya cukup sederhana namun penuh makna.
Aristoteles
(dalam Teeuw, 2003:100-102) memandang bahwa keutuhan makna bergantung pada
keseluruhan unsur. Tujuan analisis struktural menurut Teeuw (2003: 112) adalah
memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin, keterkaitan
dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh.
Setiap
puisi pasti mengandung maksud dan tujuan yang akan disampaikan oleh pengarang
misalnya saja dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM seperti
berikut ini.
Tuhan,
Kita Begitu Dekat
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita
begitu dekat
Dalam
gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
A.
Unsur-Unsur
Puisi
Waluyo (1987) menyatakan bahwa ada empat unsur batin dalam sebuah puisi.
1. Tema
Waluyo
(1987:106) mengatakan bahwa tema merupakan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Tema yang terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu
Dekat” karya Abdul Hadi WM adalah menggambarkan
betapa dekatnya hubungan penyair
(manusia) dengan Tuhannya. Kata “Tuhan, kita begitu dekat” yang disebutkan beberapa kali
memperkuat bukti tersebut, bahwa
penyair seperti sudah menyatu dengan Tuhan.
2.
Perasaan (Feeling)
Waluyo
(1987:121) menyatakan bahwa perasaan adalah suasana perasaan penyair yang ikut
diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Sikap
penyair dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM adalah penyair setuju bahwa jalan kerohanian
menuju kembali kepada Tuhan berangkat dari ajaran tauhid Islam.
3.
Nada (Tone)
Waluyo
(1987:125) menyatakan bahwa nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca,
beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair. Nada
yang dipakai penulis dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu
Dekat” karya Abdul Hadi WM ini
cenderung datar dan tidak tampak luapan emosinya. Penyair dalam puisi tersebut bersikap lugas karena menceritakan
sesuatu pada pembaca.
4. Pesan (Amanat)
Waluyo
(1987:130) menyatakan bahwa pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan yang hendak
disampaikan penyair. Pesan yang
terdapat dalam puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” karya Abdul Hadi WM ini adalah hendaknya kita selalu meningkatkan rasa
keimanan kepada Tuhan. Hubungan kedekatan antara manusia dengan Tuhan dapat
terjalin erat yang didasarkan pada dimensi keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya
rasa keimananlah yang mampu mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
5.
Gaya Bahasa
a. Metafora
Keraf (1998) menyatakan bahwa metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Aku panas dalam apimu
Pada bait tersebut menunjukkan hubungan yang
melekat dan menyatu antara api dengan panas yang merupakan perbandingan hubungan
kedekataan antara manusia dengan Tuhan.
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Aku kapas dalam kainmu
Seperti angin dan
arahnya
Pada bait tersebut menunjukkan kedekatan hubungan
antara satu benda dengan benda lainnya yang menyatu dan sulit untuk dipisahkan.
Kalimat-kalimat tersebut merupakan perbandingan
hubungan antara manusia dengan Tuhan yang telah menyatu dan sulit untuk dipisahkan. Jadi, dapat diartikan bahwa
manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan sebagai pemilik kehidupan. Tuhan sebagai pemilik yang menghidupi semua kehidupan, dan sumber hidup itu merupakan
arah yang harus dituju manusia sesuai dengan petunjuk (arahan) Tuhan.
b. Personifikasi
Personifikasi atau prosopopoeia (Keraf, 1998) adalah bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Benda-benda
mati itu seolah-olah bisa berperilaku, berperasaan, dan memiliki karakter
manusia lainnya.
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Pada frase “nyala lampu" berfungsi sebagai simbol pencerahan wilayah "gelap". Secara signifikan "nyala lampu" merupakan personifikasi bernyalanya rasa
keimanan manusia kepada Tuhan. Hanya rasa keimananlah yang mampu mendekatkan
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
6. Gaya Bunyi
Bunyi merupakan peran yang penting dalam puisi
karena puisi merupakan karya seni yang diciptakan untuk didengarkan (Sayuti,
2002:102). Bunyi berperan seperti layaknya orkestra yang dapat mempengaruhi
perasaan, pikiran, dan pengalaman jiwa para pendengarnya. Kombinasi bunyi yang
merdu biasa disebut dengan efoni, atau bunyi yang indah (Pradopo, 2002:27).
a.
Asonansi
Imron (2009:47) menyatakan bahwa asonansi adalah pengulangan bunyi vokal
yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris.
Sebagai api
dengan panas
Aku panas dalam apimu
Seperti kain
dengan kapas
Pada lampu
padammu
Pada penggalan puisi tersebut terdapat asonansi /a/ yaitu pada kata sebagai, api, dengan, panas, aku, dalam, kain, kapas, pada, lampu, dan padammu.
Bunyi-bunyi ini dipergunakan penyair untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Fonem /a/ sering dimunculkan penyair yang
bermaksud menimbulkan nada dan suasana gembira karena penyair sangat senang
bisa selalu dekat dengan Tuhan.
b.
Aliterasi
Imron (2009:47) menyatakan bahwa aliterasi adalah pengulangan bunyi
konsonan yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris.
Kita begitu dekat
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /t/ yaitu pada kata kita, begitu, dan dekat.
Aku
kapas dalam kainmu
Pada
penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /k/ yaitu pada kata aku, kapas, dan kainmu.
Seperti angin dan arahnya
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi
/n/ yaitu pada kata angin, dan, dan arahnya.
Dalam gelap
Pada penggalan puisi tersebut terdapat aliterasi /l/ yaitu pada kata dalam, dan gelap.
Secara keseluruhan, bunyi yang digunakan penyair
dalam puisi tersebut untuk memperdalam makna,
menimbulkan suasana yang khusus, menimbulkan perasaan tertentu, dan menimbulkan
bayangan angan secara jelas.
Bunyi-bunyi konsonan yang sering dimunculkan oleh penyair menunjukkan perasaan riang, kasih, dan suci antara hamba dengan
Tuhannya.
Sip..,.
BalasHapustrima kasih atas infonya, saya jadi tahu lebih banyak ttg puisi religius, :)
BalasHapusAnu makna kiasnya apa ngab
BalasHapus